Minggu, 08 April 2012

Pengetahuan Lingkungan

Membuat Kompos dari Sampah Pasar


Sistem pengelolaan sampah yang kita kenal saat ini di negara kita adalah sampah yang dihasilkan setiap harinya pertama sekali dikumpulkan pada suatu kontainer atau tempat pengumpulan sementara kemudian baru diangkut melalui suatu sistem transportasi menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal ini apabila diteruskan maka akan memperpendek umur dari TPA seiring bertambahnya jumlah sampah yang akan masuk ke dalamnya.

Melihat kondisi pola pengelolaan yang seperti di atas maka hendaknya dikembangkan pola pengelolaan persampahan yang memasukkan pilihan pemprosesan dan pengolahan untuk menjadikan sampah sebagai sumberdaya yang dapat dimanfaatkan kembali (Prof. Enri Damanhuri). Proses tersebut dapat dilakukan di lokasi TPA itu sendiri. Namun yang terbaik adalah apabila hal tersebut dapat dilakukan di sumbernya langsung. Dengan begitu upaya untuk meminimasi jumlah sampah dapat direalisasikan sedikit demi sedikit.

Komposisi sampah kota di Indonesia sebagian besar adalah tergolong sebagai sampah organik yang jumlahnya bisa mencapai 70% dari jumlah totalnya. Sisanya sekitar 28% berupa sampah anorganik dan 2% lagi tergolong sampah B3 (Prof. Enri Damanhuri). Melihat kondisi komposisi sampah tersebut, khususnya untuk sampah organik yang dapat dengan mudah membusuk, salah satu alternatif pengolahan yang dapat diterapkan adalah pengolahan pengomposan sampah.

Proses pengolahan sampah hendaknya juga memperhatikan nilai ekonomi dan kesinambungan pengolahan dari sampah tersebut. Dengan usaha tersebut bukan tidak mungkin bila kita dapat membuka peluang usaha dengan mengolah sampah tersebut.

Cara pengolahan sampah dengan cara pengkomposan tergolong sederhana. Sampahnya dapat berupa sampah sisa makanan seperti sayuran. Salah satu sumber sampah organik yang potensial apabila dilakukan dalam skala besar adalah sampah pasar. Caranya mudah, salah satu metode pengkomposan yang dapat digunakan adalah Metode Takakura. Metode ini menggunakan keranjang atau wadah yang memiliki banyak lubang yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara yang dibutuhkan dalam proses pembusukan sampah nantinya (supplay udara). Caranyanya sederhana.


1. Siapkan sampah yang akan diolah.

2. Kotoran sapi yang telah setengah kering yang digunakan sebagai starter (sumber bakteri pengurai) proses pengomposan.

3. Siapkan peralatan yang dibutuhkan antara lain.

 Keranjang berlubang yang memiliki tutup
 Sabut kelapa atau sekam padi
 Alat pencacah atau apabila tidak ada, dapat juga digunaka pisau dapur
 Kardus bekas
 Kain hitam

4. Letakkan kardus bekas ke sekeliling keranjang.

5. Lalu masukkan sabut kelapa atau sekam ke bagian dasar keranjang (±5-7 cm). Lapisan ini digunakan untuk menyesarp air sampah (Leachet).

5. Kemudian masukkan kotoran sapi/starter setebal ±4-5 cm.

6. Lalu masukkan sampah sisa sayuran yang telah dicacah dengan ukuran yang seragam tadi dengan ketebalan sekitar ±10-15 cm. Setelah itu lapisi kembali dengan kotoran sapi. Begitu seterusnya hingga wadah terisi penuh dengan lapisan akhir adalah kotoran sapi.

7. Tutup bagian atasnya dengan kain hitam untuk menjaga kelembabannya.

8. Untuk pengontrolan, sebaiknya dilakukan setiap hari untuk melihat kondisi kelembabannya.

9. Proses pembusukan ditandai dengan proses perubahan suhu wadah tempat pengkomposan. Apabila suhu meningkat, artinya proses pembusukan telah terjadi.

10. Kompos sudah dapat dipanen sekitar 3 – 4 minggu.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Facebook More
Blogger Bertuah