Menjaga Hidup Tetap Sehat dan Semangat

Dengan berolahraga metabolisme tubuh menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih efektif dan efisien.

HOME : a Film by Yann Arthus-Bertrand

JANGAN PIKIRKAN LAGI APA YANG SUDAH HILANG TAPI FOKUSLAH PADA APA YANG BISA KITA LAKUKAN SEKARANG.

Mengelola Air Limbah Kita

Kegiatan pengelolaan dan pengolahan air limbah merupakan suatu bentuk tindakan kebertanggungjawaban kita kepada alam. Manusia berhak untuk mengambil segala sesuatu dari alam dengan bijak dan menjaganya juga dengan bijak.

Mereduksi Sampah Organik

Komposter merupakan teknologi sederhana untuk mereduksi timbulan sampah di sumber.

Terima Kasih Guruku

Mereka orang-orang yang berbagi kebaikan itu telah hadir di dunia ini sebagai orang yang terhormat, di mata Tuhan dan di mata manusia

Jumat, 17 Mei 2013

Tulisan Bebas


ORANG-ORANG ITU.......

belajarlah dari kupu-kupu, meski sayapnya rapuh mampu membawa kehidupan,
belajarlah dari apel yang jatuh di samping bulan yang menggantung di langit tanpa tangkai itu, 
atau angin yang berhembus pelan lalu berubah menjadi badai yang memporakporandakan,

Seringkali manusia menghargai jasa orang lain dikaitkan dengan kebutuhannya yang sifatnya sangat sementara. Ketika dalam kondisi memerlukan, seseorang cenderung begitu merasakan peran-peran orang lain yang bisa mendukung keperluannya. Tapi bila waktu bergulir, dan kebutuhan itu sudah terlampaui, peran dan jasa itupun hilang bak debu diterpa angin. Seorang anak yang sudah berhasil, memandang orang tuanya hanya sebagai beban yang merepotkan dirinya, karena sudah tua dan tak berguna. Lalu dititipkan ke wisma jompo. Seorang murid yang sudah sukses, menilai guru-gurunya sebagai batu loncatan belaka yang nyaris terlupakan jasa-jasanya. Ia sudah melampaui fase kebutuhannya terhadap sang guru, lalu menganggap keberadaan para guru itu seperti tidak ada.
Dunia yang kecil ini ternyata sudah banyak membuat kita lalai. Kita seperti hidup di banyak dunia, dan dengan mudah kita bisa melupakan perjalanan yang telah kita lalui. Padahal kita tetap hidup di dunia yang sama, dalam fase kehidupan yang sama pula.
Demikianlah, ada seseorang yang kita sebut sebagai guru. Sosok itu, mungkin memang jadi manusia paling berperan dalam membentuk keilmuan kita. Karena dialah yang mengenalkan kita pada huruf-huruf, kemudian merangkainya menjadi kata, seterusnya menjadi kalimat, sampai kita bisa membaca dan mengetahu banyak hal di dunia ini. Di pula yang mengajarkan angka-angka, sehingga dapat mengerti berbagai rumus yang rumit. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa, menjadi tahu dan bahkan lebih tahu dari mereka sendiri. Jasa guru menjadi tak terhingga. Bagi guru-guru tertentu, mereka justru tak ingin kerelaannya dicampurbaurkan dengan harapan dibalasnya jasa.
Seperti angin, jasa mereka datang diam-diam. Mereka memberikannya tanpa perhitungan. Bukan karena pertimbangan untung rugi. Siapapun mereka. Dimanapun mereka. Itu tak jadi soal. Karena tetesan-tetesannya akan berimbas dalam. Disadari atau tidak, dampaknya acapkali fenomenal. Sebenarnya mengenang mereka adalah kenikmatan. Sebenarnya peduli pada mereka adalah keindahan. Hanya saja, kita kerap menghapus nikmat dan indah itu.
Mereka orang-orang yang berbagi kebaikan itu telah hadir di dunia ini sebagai orang yang terhormat, di mata Allah dan di mata manusia. Maka kita pun harus pandai menaruh rasa hormat pada mereka serta menjaga kemuliaannya. Meskipun barangkali, kebaikan yang mereka berikan terasa kecil dan sederhana. Itulah tata krama yang merupakan bentuk balas jasa kita kepada mereka. Ad Dinawari berkata, “Tata krama seorang murid adalah menjaga kehormatan guru, menolong sesamanya, tidak mengeluarkan kata celaan, dan menjaga ajaran agamanya”.
Ali bin Abi Thalib r.a. pernah berkata, “Siapa yang pernah mengajarkan aku satu huruf saja, maka aku siap menjadi budaknya.” Ungkapan ini adalah sebuah cerminan bahwa Ali r.a. adalah lelaki yang pandai menghormati orang yang berjaasa padanya tanpa harus melihat seberapa besar kebaikan orang itu. Ia bahkan berani melakukan pengabdian seperti seorang budak yang bekerja untuk tuannya, meski orang itu hanya mengajarkan satu huruf saja.
Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa imam Asy Syafi’i dalam perjalanan bersama sahabat-sahabatnya, bertemu seorang laki-laki tua. Tiba-tiba Asy Syafi’i mendekati orang tua itu lalu mencium tangannya. Sahabat-sahabatnya heran dan bertanya, ”Mengapa engkau mencium tangan orang tua itu, padahal masih banyak ulama yang lebih pantas kau cium tangannya daripada dia?”
Asy Syafi’i menjawab, “Dulu akau pernah bertanya kepadanya , bagaimana mengetahui seekor anjing telah mencapai usia baligh? Orang tua itu menjawab, “Jika kamu melihat anjing itu kencing dengan mengangkat sebelah kakinya, maka ia telah baligh.”
Hanya ilmu itu yang didapat Asy Syafi’i dari orang tua tersebut, tapi ia tidak pernah melupakan kebaikan itu. Hingga ia bertemu kembali dengannya, tapi Asy Syafi’i tetap mengingat dan menganggap orang tua itu sebagai gurunya, yang pantas ia hormati.
Orang-orang baik itu memang tidak pernah meminta kita mmenghormati mereka, tapi kitalah yang harus tahu diri untuk menghormati mereka. Karena itu biasakanlah selalu untuk memahami bahwa kesuksesan kita tidak mungkin ada tanpa peran mereka. Hal ini berguna untuk mengurangi rasa sombong di hati kita yang kerap muncul manakala kita merasa sudah punya kemampuan yang lebih dibandingkan orang lain.
Kita pun bisa membalas jasa dengan meneruskan kebaikan mereka kepada orang lain. Sebab ketika melakukan hal itu kepada kita, mereka tentu tidak berharap kebaikannya hanya dinikmati oleh kita sendiri. Mereka bisa jadi punya maksud lebih besar dan cita-cita lebih mulia. Mereka menumpahkan kebaikan itu karena berharap kita meneruskannya kepada generasi yang mungkin tidak bisa dijumpainya. Mereka ingin mewariskan kebaikannya melalui tangan kita. Maka ketahuilah, bahwa di pundak kita sebenarnya ada tanggung jawab yang harus kita tunaikan, yaitu menyambung kebaikan mereka.
Karenanya, seperti yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an, “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” Setelah menerima kebaikan mereka, kitapun harus berpikir untuk melalukan hal yang sama, agar orang-orang itu mendapatkan pahala yang tidak terhenti pada kita saja, tetapi mereka terus mendapatkan ganjaran kebaikan dari orang-orang selain kita. Cara ini, bukan saja bisa membalas kebaikan dan menambah pundi amal mereka, tetapi kita juga akan mendapatkan balasan yang sama sebagai orang kedua.
Seperti yang disabdakan Nabi, “Barangsiapa menunjukkan sebuah kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yang melakukannya”.
Mendoakan, memuliakan, berterima kasih dan meneruskan kebaikan mereka serta menjaga kehormatan mereka hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak cara yang bisa kita lakukan untuk membalas jasa orang-orang baik itu. Dan apapun cara yang kita pilih, pada intinya kita haruslah berusaha untuk membalas jasa-jasa itu. Lakukanlah. Karena hal itu adalah bagian dari bukti rasa syukur kita kepada Allah dan mereka atas setiap nikmat dan kebaikan yang kita terima. Rasulullah mengatakan, “Barangsiapa yang tidak pandai berterima kasih kepada manusia, sesungguhnya ia tak pandai bersyukur kepada Allah”.
Dan semoga rasa syukur yang coba kita buktikan itu menjadi sarana perekat yang dapat menyatukan kita dengan mereka, orang-orang baik itu, dalam sebuah ikatan ukhuwah yang kekal yang bisa mempertemukan kitakembali di alam yang tidak ada lagi pertemanan, kecuali pertemanan yang diikat dengan tali ketaqwaan. Akhirat. Kampung tempat segalanya berkesudahan. Mengakhiri jalan panjang kehidupan. Rumah penghabisan, tempat segala hiruk pikuk dunia ditimbang, lalu ditunaikan hak orang-orang yang punya hak. Serta diambilkan bayarannya kekurangan orang-orang yang berbuat curang. Nun disana. Kita akan bersua. Seperti air sungai yang mengalir berliku, kesana pula bermuara pada akhirnya. Itulah hakikat.

Sumber :
Tulisan : Sisyanto, Rudi. Hand-out Pelajaran Fisika SMA Negeri 8 Pekanbaru, Kelas I (2003), Kelas II (2004), dan Kelas III (2005 s.d. 2007)

Share

Twitter Facebook More
Blogger Bertuah